Ketabahan
Si Jenius
Kegelisahan menyelimuti si
Tono. Seorang anak kelas 1 SMP yang terlahir dari keluarga yang berekonomi
minim. Namun ia anak yang sangat pandai saat sekolah dasar ia sering di panggil
“Si Jenius” anak ini peraih nilai UN tertinggi di kotanya saat SD.
Kepandaiannya itu sampai membuat ia dipanggil di salah satu Sekolah Menengah
Pertama favorit di kota nya dengan biaya pendaftaran dan buku gratis, awalnya
Tono minder dan tidak percaya diri dengan tawaran itu dikrenakan siswa-siswi di
sekolah itu sebagian besar dari kalangan orang berada, tetapi demi ingin
membanggakan ibunya yang dari dulu sangat ingin memasukkan nya ke sekolah itu
dan tidak ada biaya lebih akhirnya Tono mau.
Sekarang kegelisahan pada diri
tono semakin menjadi. Setelah hampir 1 tahun menimba ilmu di situ ia semakin
tidak betah. Di sana ia dikucilkan, dicaci maki,dan dihina. Tidak ada satupun
teman yang dekat dengan nya. Suatu pagi ia dihina oleh beberapa temannya
“Hey Tono, kenapa kamu masih saja betah ada di sekolah
favorit ini ?”. kata teman Tono bernama Rendi dengan nada merendahkannya.
“Ren, aku di sini hanya ingin mencari ilmu, walau aku tidak
mempunyai teman akrab di sini aku ikhlas yang penting aku harus membanggakan
orang tua ku”. Jawab Tono dengan bijak.
Rendi pun terus mengolok-oloknya
“Hallah !! nggak usah sok baik dan sok bijak kamu !!!”.
“Lihat dirimu, dekil, kusam, bau, sepatu dan seragam mu pun
sudah tak layak pakai”.
“Dasar anak miskin !!”. teriak beberapa temanya dengan
merendahkan dia.
Sekarang yang dirasakan Tono hanyalah sakit hati dan
kegelisahannya, apakah dia mampu bertahan di sekolah ini ?. Sangat malang nasib
Tono hidup dan kesehariannya saat ini tidak membuatnya gembira justru tertekan
bersekolah di sana. Saat pulang sekolah di rumah seperti biasa ibunya brtanya
“Bagaimana sekolah mu hari ini nak ?”. ibu bertanya
“Baik bu seperti hari-hari sebelumnya Tono sanyat senang”.
Tono selalu berkata bohong demi membuat
senang sang bu.
“Syukurlah nak, sekarang kamu makan dulu walau lauknya
sangat sederhana”.
“Tidak apa-apa bu walau tidak ada lauk pun aku akan tetap
mensyukurinya”. ia lalu mengambil secentong nasi dan tempe separu untuk
lauknya. Di lingkungan rumah justru membuat ia senang karena di sana ia
mempunyai banyak teman yang senasib denganya yang tinggal di pinggir tanah
kuburan yang kumuh jadi tidak ada olok-olok maupun caci maki, teman-teman Tono
pun banyak yang tidak sekolah karena keterbatasan ekonomi juga. Si Jenius
sangat bersyukur karena masih bisa bersekolah di sekolah favorit itu, walau
banyak pembayaran di sekolah yang masih menunggak. Sepulang sekolah ia sering mencari
pekerjaan membantu ibunya yang hanya buruh cuci , ayahnya pun bekerja di luar
kota dan tak pernah pulang juga tak pernah memberi kabar, demi uang sekolah
yang baginya masih sangat mahal. Walau Tono sudah mendapat dana bantuan dari
sekolah. Tak jarang ia bekerja di pencucuian tempat tetanganya . Setelah cukup
sore Tono pulang untuk membantu ibunya mencucui pakaian yang keesokan harinya
akan diambil oleh pemiliknya, setelah itu ia belajar. Sungguh melelahkan
hari-hari yang dijalani Tono. Ia pun hanya bias pasrah dengan kehidupan nya
saat ini . Dia juga bercita-cita menjadi seorang dokter agar dapat mengangkat
derajat keluarganya. Pagi pun datang, Tono pun bergegas pergi sekolah seperti biasa ia berjalan kaki dan berpamitan dengan
ibunya. Sesampainya di sekolah ternyata dia dipanggil oleh kepala sekolah, dia
dimintai uang sekolah yang sudah menunggak beberapa bulan.
“Ton, kapan kamu akan melunasi uang sekolahmu yang sudah
menunggak lama itu ?”. Tanya sang bapak kepala sekolah.
“Saya belum tahu pak, Saya juga belum mempunyai uang yang
cukup untuk membayarnya, hasil kerja ibu saya selama ini pun juga belum cukup
karena uang itu hanya cukup untuk makan sehari-hari saja pak”
“Tapi kamu itu sudah berbulan-bulan belum menunggak !! Kamu
tidak bisa seenaknya seperti ini !”
“Saya tahu pak, tapi…”
“Tapi apa lagi ?? Begini saja bapak beri kamu waktu seminggu
untuk melunasinya, sekarang kamu boleh kembali ke kelas”.
“Baik pak”
Tono pun hanya tertunduk karena belum sanggup membayar uang
itu
Tono kembali ke kelas, saat pulang sekolah ia tidak berani
bercerita pada ibunya. Ia juga memasang muka murung dan mengunci diri di kamar.
Ibu Tono pun bingung dan cemas dengan apa yang terjadi dengan anaknya itu, dan
ia terus memanggil nama Tono dan menggedor-gedor pintu kamar Tono, akhirnya ia
pun mau keluar. Sungguh sebenarnya ia tidak tega bercerita pada ibunya itu.
“Apa yang terjadi padamu nak ?”.
“Bu…kepala sekolah menagih uang sekolah yang menunggak berbulan-bulan
itu. Ia memberi waktu pada ku semingu untuk melunasi nya bagaimana ini bu ?”.
“Tonn..jika ibu punya uang pasti ibu sudah membayarnya tapi
ibu benar-benar tidak mempunyai uang.Untuk makan dan keperluan sehari-hari saja
ibu harus pandai mengaturnya., maafkan ibu nakk..”
“Ibu juga tidak mungkin berhutang lagi pada tetangga karena
ibu juga sudah banyak berhutang”. Ibu Tono sangat sedih dengan kejadian ini,dan
bingung apa yang harus dilakukannya.
“Baiklah bu, Tono mengerti. Sebaiknya Tono berhenti sekolah
saja Tono ikhlas bu..lagi pula Tono bisa belajar di rumah dengan buku-buku yang
seadanya”.
“Jangan nak kamu harus tetap sekolah..apakah ibu perlu
menjual rumah ini demi sekolahmu ?”
“Tidak apa-apa bu. Jangan di jual rumah ini, jika di jual kita akan tinggal di mana ??ini harta berharga satu-satunya bu juga rumah ini tidak menjamin aku untuk terus sekolah..Tono ikhlas bu..”.
Ibu menangis melihat anaknya yang sangat tegar dan menerima kenyataan ini. Keesokan harinya Tono berpamitan dan meminta izin untuk berhenti sekolah walau sangat berat rasanya. Akhirnya dia pun menghabiskan waktunya untuk bekerja membantu ibunya tetapi, ia tetap menyisakan sedikit waktunya untuk belajar dan beribadah . Sungguh berbakti sekali Tono pada ibunya..
By : Rizda Alifiana W.P / 8e Snesma/ 26
“Tidak apa-apa bu. Jangan di jual rumah ini, jika di jual kita akan tinggal di mana ??ini harta berharga satu-satunya bu juga rumah ini tidak menjamin aku untuk terus sekolah..Tono ikhlas bu..”.
Ibu menangis melihat anaknya yang sangat tegar dan menerima kenyataan ini. Keesokan harinya Tono berpamitan dan meminta izin untuk berhenti sekolah walau sangat berat rasanya. Akhirnya dia pun menghabiskan waktunya untuk bekerja membantu ibunya tetapi, ia tetap menyisakan sedikit waktunya untuk belajar dan beribadah . Sungguh berbakti sekali Tono pada ibunya..
By : Rizda Alifiana W.P / 8e Snesma/ 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar